Ada
sebuah pertanyaan yang selalu aku tanyakan pada diriku sendiri. Apakah salah
ketika kita menyayangi seseorang yang ternyata memiliki ikatan darah dengan
kita? Apakah salah ketika cinta hadir pada orang yang ternyata sangat dekat
dengan kita? Kata orang cinta itu tidak pernah salah, tetapi kenapa cinta hadir
pada orang yang tidak tepat. Tidak tepat bukan karena dia tertarik dengan
banyak wanita ataupun mengincar suatu hal. Namun, cinta hadir pada orang yang
tidak tepat karena dia adalah orang yang tak akan pernah mungkin bisa kita
miliki seutuhnya. Sedih ketika kita mengetahui bahwa kita hanya bisa mengagumi
tanpa bisa memiliki. Sedih ketika kita berusaha untuk tersenyum di depan orang
yang kita cintai, namun di balik senyum itu terdapat luka yang begitu
menyakitkan. Sedih ketika melihat orang yang kita cintai lebih memilih untuk
pergi bersama orang lain.
Bukan
cinta yang seharusnya kita persalahkan, tetapi diri kita sendiri. Kenapa kita
membiarkan perasaan kita berlari terlalu jauh untuk mendekati orang yang kita
cintai. Kenapa kita membiarkan diri kita terlalu nyaman bersamanya sehingga
kita tidak sanggup untuk melepaskan orang yang kita cintai ketika cinta pergi
bersama orang yang lebih tepat. Namun, kenyataannya terlalu sulit untuk
melepaskan orang yang kita cintai saat ini. Telalu sulit untuk tidak
memperhatikanmu. Bahkan terlalu sulit untuk tidak hadir ketika cinta
membutuhkan seseorang yang selalu mendukung apapun yang dilakukannya. Entah apa
yang saat ini seharusnya aku lakukan untuk melupakan semua hal yang aku
rasakan. Entah bagaimana cara yang harus aku lakukan supaya aku bisa bersikap
selayaknya seorang adik menyayangi kakaknya. Terkadang aku menyalahkan cinta
ini dan terkadang aku menyalahkan kamu yang sudah datang secara tiba-tiba di
saat dulu kita tidak pernah sedekat ini. Dan saat ini aku mempertanyakan,
kenapa kamu bisa datang dan berusaha menjalin hubungan yang baik denganku
sebagai seorang kakak? Kenapa tidak sejak dulu kamu menyayangiku sebagai
seorang adik, setidaknya aku bisa belajar untuk menerima.
Ketika
saat ini aku bisa menatapmu secara langsung, sesaat aku merasa bahagia. Bahkan
aku bisa tersenyum ketika kamu menatapku dengan senyuman di wajahmu. Namun di
saat yang bersamaan, aku merasa sedih karena aku hanya berani menatap tanpa
memiliki keberanian untuk mendekatimu dan memulai sebuah pembicaraan. Sangat
sulit untuk menahan rasa senang bercampur dengan sedih. Sangat sulit menahan
rasa ini untuk tetap berada di belakangmu sebagai seseorang yang pelindung
ketika kamu membutuhkan seseorang untuk mengungkapkan keluh kesah. Sangat
sullit juga bagiku untuk menahan bibir ini supaya tidak berkata “Apakah salah
kalau aku menyayangimu lebih dari seorang adik?” Kamu tidak perlu tahu bagaimana
usahaku untuk menjauhi dan melupakan perasaan ini. Entah sampai kapan aku bisa
bertahan dengan rasa cinta ini? Entah sampai kapan aku akan memendam rasa
sayang ini?
Oleh : Nuraini Endah Kusumastuti